Agar cerita kita tepat sasaran, sebaiknya kita kenali dulu calon pembaca cerita kita.
Anggap saja kita ingin menulis cerita anak di majalah BOBO, maka kita harus faham betul karakter pembaca majalah BOBO. Range umur mereka berapa? Kota tempat mereka tinggal mayoritas di mana? Gaya hidup mereka bagaimana?
Pembaca majalah BOBO berbeda dengan pembaca majalah MOMBI. Segmen usia pembaca MOMBI jelas lebih muda. Begitu pula ketika kita hendak menulis buku cerita anak. Kita harus pastikan dulu, untuk siapa kita menulis.
Dengan mengenali calon pembaca kita, maka kita akan mudah menentukan banyak hal dalam penulisan cerita. Mungkinkan pembaca yang kitas sasar umumnya menyenangi genre fantasi, atau detektif cilik atau petualangan atau misteri? Kita juga bisa membangun bahasa yang bagaimana; yang sederhana, lebih rumit atau mencampuri dengan istilah-istilah asing.
Kita tidak bisa menyamaratakan semua pembaca. Bicaralah dengan bahasa kaum mereka. Untuk anak usia balita, kita bisa menggunakan bahasa yang sederhana. Maksimal misalnya 8 kata dalam satu kalimat. Hindari kalimat bertingkat. Hindari pula frasa yang sulit untuk dimengerti.
Yaumil Achir (1998) mengklasifikasikan perkembangan minat baca anak dalam 3 kelompok.
Kelompok I, usia 1-3 tahun, anak memiliki kebiasaan merobek kertas. Oleh sebab itu, orangtua hendaknya memanfaatkannya dengan menyediakan buku atau gambar dengan warna yang menarik, namun berbahan tebal atau elastis. Yup, kita bisa membuat cerita yang sekiranya nanti akan lebih banyak tampilan visualnya dan diterapkan dibahan boardbook.
Kelompok II, usia 2-3 tahun, anak sudah bisa merangkai beberapa kata atau kalimat yang merupakan gagasan. Pada usia ini, orangtua hendaknya mampu memberikan bacaan yang dapat memancing kreativitas, dengan membacakan atau menceritakan isinya. Umumnya bacaan yang digemari anak adalah cerita yang menyenangkan. Nah, penulis sudah bisa menyisipkan cerita sedarhana yang menarik.
Kelompok III, usia 5-7 tahun. anak-anak sudah mengonsumsi kata-kata, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung. Pada usia ini mereka umumnya senang membaca buku atau cerita yang isinya menarik.
Untuk cerita anak-anak SD kita bisa lebih mengeksplorasi kosa kata. Menjelaskan kata-kata baru dalam paragraf secara cermat. Kita bisa bermain dengan cerita, memasukkan gaya bahasa.
Dengan mengenali pembaca, kita juga bisa mengetahui kebutuhan pembaca kita. Hal apa yang sedang digandrungi mereka, yang menjadi cita-cita mereka. Kita boleh saja menempatkan masa kanak-kanak kita dalam konteks kekinian. tapi kita sebaiknya memeriksa juga. Siapa tahu hal tersebut sudah dianggap basi dan tidak menarik buat anak-anak sekarang. Lalu apa yang mesti kita tambahkan atau kurangi.
Sekali lagi, kenali (calon) pembaca kita.
Kamis, 05 Juli 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar