Minggu, 01 Juli 2007

#4 Membuka Cerita

Apakah Anda masih menulis pembukaan cerita dengan kalimat seperti ini:

Pada suatu hari yang cerah, hiduplah seorang raja di sebuah kerajaan yang makmur ....

atau

Angin bertiup sepoi-sepoi melintasi dedaunan hingga sebuah daun jatuh. Daun itu kemudian tertiup angin. Pagi ini indah sekali ....

Wah, saya acungkan jempol jika ada penulis yang masih bertahan dengan gaya pembukaan cerita seperti di atas. Saya tidak bilang jelek, tapi menurut saya tidak efektif menggugah pembaca. Salah satu syarat mutlak kalimat pembuka adalah; harus memancing pembaca menamatkan cerita yang sudah mulai dibacanya.

Dalam kelas menulis yang diajarkan penulis Kanada Deborah Ellis, Beliau menyampaikan satu contoh: Ayah pergi keluar rumah sambil membawa sebilah kapak. Apa yang akan dilakukan Ayah?

Ya, siapapun yang membaca kalimat itu tentunya akan penasaran mengikuti ceritanya. Tentu saja kita bisa membuat variasi lainnya. Kalimat pembuka bisa dimulai dengan situasi seperti yang dicontohkan Deborah. Tapi kita juga bisa memulainya dengan narasi atau monolog, misalnya:
Aku membenci Ibu. Ibuku tidak seperti ibunya Lona yang bekerja di bank, ibunya Sania yang dosen, ibunya Tia yang reporter televisi. Juga tidak seperti ibunya Vivi yang bintang sinetron. Ibuku hanya bekerja di rumah. .....

Kita juga bisa memulai dengan setting yang menarik, seperti:
Pernahkah kalian membayangkan ada mobil melewati rumah kalian? Tapi Retno mengalaminya. Dia tinggal di bawah jalan layang ....

Nah, sekarang cobalah membuka setiap cerita kita dengan hal-hal yang menarik. Bisa dari beberapa elemen, seperti tokoh, setting, situasi, dialog, seperti ini:

"Jadi malam ini akan ada hantu di kamarmu?"
"Ya, hantu keren. Kamu mau lihat?"
Wita langsung mendelik mendengar jawaban Ovie.

Tidak ada komentar: